MAKALAH ASKEB PATOLOGI HIV/AIDS DALAM KEHAMILAN
MAKALAH ASKEB IV PATOLOGI
HIV/AIDS DALAM KEHAMILAN
Dosen
Pengampu : Tin Utami, S.ST

Disusun Oleh
:
1.
Sri Hendarti
2.
Sri Wahyuni
3.
Suci Dian Raraswati
PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
HIV (Human
Immunodeficliency Virus) / virus penurunan kekebalan tubuh pada manusia adalah
kuman yang sangat kecil yang disebut virus, yang tidak bisa terlihat oleh
manusia.
AIDS
(Aquired Immuno Deficiensy Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinveksi
virus Human Immunodeficliency Virus (HIV). Orang yang terinfeksi virus ini
tidak dapat mengatasi serbuan penyakit infeksi lain karena system tubuhnya
menurun terus secara drastis.
B.
Etiologi
AIDS
disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Bila seseorang terkena infeksi HIV,
virus akan menyerang sistim kekebalan tubuh yaitu bagian tubuh kita yang
bertugas untuk melawan infeksi.
Gallo
(National Institute of Health, USA) menemukan virus HTL III (Human T.Lymphotropic
Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada tahun 1986 dari Afrika ditemukan
virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS disebut HIV-2 dan berbeda dengan
HIV-1 secara genetic maupun antigenic.
C.
Tanda dan
Gejala
1.
AIDS
AIDS
merupakan manifestasi lanjutan HIV. Selama stadium individu bisa saja merasa
sehat dan tidak curiga bahwa mereka penderita penyakit. Pada stadium lanjut,
system imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi Opportunistik dan
mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor Karen tubuhnya tidak
mampu memberikan pelayanan.
Angka
infeksi pada bayi sekitar 1 dalam 6 bayi. Pada awal terinfeksi, memang tidak
memperlihatkan gejala-gejala khusus. Namun beberapa minggu kemudian orang tua
yang terinfeksi HIV akan terserang penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan
diare. Penderita AIDS dari luar tampak sehat. Pada tahun ke 3-4 penderita tidak
memperlihatkan gejala yang khas. Sesudah tahun ke 5-6 mulai timbul diare
berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan
terjadi pembengkakan didaerah kelenjar getah bening. Jika diuraikan tanpa
penanganan medis, gejala PMS akan berakibat fatal.
2.
HIV
Infeksi HIV
memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar,
mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatif) pada stadium awal sampai dengan
gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit
lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi,
bahkan dapat lebih lama lagi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi berkembangnya HIV menjadi AIDS belum diketahui jelas.
Diperkirakan infeksi HIV yang berulang – ulang dan pemaparan terhadap
infeksi-infeksi lain mempengaruhi perkembangan kearah AIDS. Menurunnya hitungan
sel CDA di bawah 200/ml menunjukkan perkembangan yang semakin buruk. Keadaan
yang buruk juga ditunjukkan oleh peningkatan B2 mikro globulin dan juga
peningkatan I9A.
Perjalan klinik infeksi HIV telah ditemukan beberapa klasifikasi yaitu :
Perjalan klinik infeksi HIV telah ditemukan beberapa klasifikasi yaitu :
a.
Infeksi Akut : CD4 : 750 – 1000
Gejala infeksi akut biasanya timbul
sedudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti
influenza, demam, atralgia, anereksia, malaise, gejala kulit (bercak-bercak
merah, urtikarta), gejala syaraf (sakit kepada, nyeri retrobulber, gangguan
kognitif danapektif), gangguan gas trointestinal (nausea, diare). Pada fase ini
penyakit tersebut sangat menular karena terjadi viremia. Gejala tersebut diatas
merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya unis yang berlangsung kira-kira 1-2
minggu.
b.
Infeksi Kronis Asimtomatik : CD4
> 500/ml
Setelah infeksi akut berlalu maka
selama bertahun-tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita
tampak baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di
dalam tubuh. Beberapa penderita mengalami pembengkakan kelenjar lomfe
menyeluruh, disebut limfa denopatio (LEP), meskipun ini bukanlah hal yang
bersifat prognostic dan tidak terpengaruh bagi hidup penderita. Saat ini sudah
mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan
tubuh penderita, tetapi masih pada tingkat 500/ml.
c.
Infeksi
Kronis Simtomatik
Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5
tahun terkena infeksi HIV. Berbagai gejala penyakit ringan atau lebih berat
timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.
1)
Penurunan Imunitas sedang : CD4 200
– 500 Pada awal sub-fase ini timbul penyakit-penyakit yang lebih ringan
misalnya reaktivasi dari herpes zoster atau herpes simpleks. Namun dapat sembuh
total atau hanya dengan pengobatan biasa. Keganasan juga dapat timbul pada fase
yang lebih lanjut dari sub-fase ini dan dapat berlanjut ke sub fase berikutnya,
demikian juga yang disebut AIDS-Related (ARC).
2)
Penurunan Imunitas berat : CD4 <
200 Pada sub fase ini terjadi infeksi oportunistik berat yang sering mengancam
jiwa penderita. Keganasan juga timbul pada sub fase ini, meskipun sering pada
fase yang lebih awal. Viremia terjadi untuk kedua kalinya dan telah dikatakan
tubuh sudah dalam kehilangan kekebalannya.
Tanda dan
Gejala AIDS
1.
Dicurigai AIDS pada orang dewasa
bila ada paling sedikit dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak ada
sebab-sebab imunosupresi yang lain seperti kanker,malnutrisi berat atau
pemakaian kortikosteroid yang lama.
a.
gejala Mayor
i.
Penurunan berat badan lebih dari 10%
ii.
Diare kronik lebih dari satu bulan
iii.
Demam lebih dari satu bulan
b.
Gejala Minor
i.
Batuk lebih dari satu bulan
ii.
Dermatitis
preuritik umum
iii.
Herpes zoster recurrens
iv.
Kandidias orofaring
v.
Limfadenopati
generalisata
vi.
Herpes simplek diseminata yang
kronik progresif
2.
Dicurigai AIDS pada anak. Bila
terdapat palinh sedikit dua gejala mayor dan dua gejala minor, dan tidak
terdapat sebab – sebab imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat,
pemakaian kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.
a.
Gejala Mayor
i.
Penurunan berat badan atau
pertmbuhan yang lambat dan abnormal
ii.
Diare kronik lebih dari 1 bulan
iii.
Demam lebih dari 1 bulan
b.
Gejala minor
i.
Limfadenopati generalisata
ii.
Kandidiasis oro-faring
iii.
Infeksi umum yang berulang
iv.
Batuk parsisten
v.
Dermatiti
D.
HIV/AIDS
Pada Wanita
HIV/AIDS
berbeda pada wanita karena :
1.
Wanita lebih mudah terinfeksi HIV
dari pada pria. Pria memasukkan semen ke dalam vagina, dimana cairan tersebut
tidk akan menetap untuk waktu yang lama. Bila dalam semen tersebut mengandung
virus HIV maka akan mudah masuk kedalam tubuh wanita melalui vagina dan servix,
terutama bila terdapat sayatan atau ulkus pada bagian tersebut.
2.
Wanita sering terkena infeksi pada
usia muda daripada pria. Ini karena wanita muda dan gadis-gadis biasanya sering
sulit untuk menolak hubungan seksual yang tidk dikehendaki ataupun yang tidak
aman.
3.
Wanita menerima transfuse darah
lebih banyak daripada pria karena masalah kelahiran.
4.
Perkembangan penyakit AIDS lebih
cepat pada wanita setelah terinfeksi HIV. Gizi kurang dan usia subur menyebabkan
wanita kurang mampu melawan penyakit.
5.
Wanita sering secara tidak adil
dipermasalahkan sebagai biang keladi penyebaran AIDS, tetapi sebetulnya pria
juga mempunyai tanggung jawab yang sama besar dengan pria.
6.
Wanita hamil yang terinfeksi HIV
akan menularkannya kepada janin.
7.
Wanita biasanya menjadi perawat
anggota keluarga yang sakit dengan AIDS, meskipun mereka juga sedang sakit.
E.
Penularan /
Penyebaran HIV/AIDS
HIV hidup
dicairan tubuh seperti darah, semen dan cairan dari orang yang terinfeksi HIV.
Virus menjadi tersebar bila cairan-cairan tubuh tersebut masuk ke tubuh orang
lain. HIV bias tersebar dengan cara :
a.
Hubungan seksual yang tidak aman
dengan orang yang terinfeksi virus.
b.
Jarum dan alat suntik yang tidk
steril, atau benda tajam lain yang menusuk atau menyayat kulit.
c.
Transfusi darah, bila darah tersebut
belum diperiksa apakah bebas dari HIV.
d.
Ibu hamil yang terinveksi HIV
menularkan ke bayi sewaktu hamil, melahirkan dan menyusui.
e.
Darah terinfeksi yang masuk ke dalam
sayatan atau luka terbuka orang lain.
HIV dapat
ditularkan dari ibu ke bayinya dengan tiga cara yaitu di dalam uterus
(lewat-plasenta), sewaktu persalinan, atau melalui air susu ibu. Pada bayi yang
menyusui kira-kira separuhnya transmisi terjadi sewaktu sekitar persalinan,
sepertiganya melalui menyusui ibu dan sebagian kecil di dalam uterus. Bayi
terinfeksi yang tidak disusui ibunya, kira-kira dua pertiga dari transmisi
terjadi sewaktu atau dekat dengan persalinan dan sepertiganya di dalam uterus.
1.
Kehamilan
Kehamilan bisa berbahaya bagi wanita
dengan HIV atau AIDS selama persalinan dan melahirkan. Ibu sering akan
mengalami masalah-masalah sebagai berikut :
a.
Keguguran
b.
Demam, infeksi dan kesehatan
menurun.
c.
Infeksi
serius setelah melahirkan, yang sukar untuk di rawat dan mungkin mengancam jiwa
ibu.
2.
Melahirkan
Setelah melahirkan cucilah alat
genitalia 2 kali sehari dengan sabun dan air bersih sehingga terlindungi dari
infeksi.
3.
Menyusui
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan
ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini belum diketahui dengan pasti
frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi
tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus
HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah
memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV
F.
Pencegahan
HIV/AIDS
Pencegahan
HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara :
1.
Selalu dan saling setia dengan pasangan
masing-masing
2.
Biasakan melakukan hubungan seksual
yang aman, yaitu hubungan yang mencegah masuknya kuman yang mungkin terdapat
didalam cairan semen pria kedalam bagian-bagian tubuh wanita
3.
Hindari pelubangan telinga, tattoo,
tujuk jarum/membuat sayatan/lubang pada kulit tubuh dengan alat yang belum
dicuci
4.
Hindari transfuse darah kecuali
untuk keadaan darurat
5.
Jangan saling meminjam alat cukur
ataupun sikat gigi
6.
Jangan menyentuh darah orang
lain/luka terbuka tanpa perlindungan (Maxwell, 2000)
G.
Penanganan
1.
Penanganan Umum
a.
Setelah dilakukan diagnosa HIV,
pengobatan dilakukan untuk memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam
obat diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi
obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b.
Pengobatan-pengobatan ini tentu saja
memiliki efek samping, namun demikian ternyata mereka benar-benar mampu
memperlambat laju perkembangan HIV didalam tubuh.
c.
Pengobatan infeksi-infeksi
appertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang dapat menginfeksi pasien,
obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali
diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi
semakin parah.
2.
Penanganan Khusus
a.
Penapisan dilakukan sejak asuhan
antenatal dan pengujian dilakukan atas permintaan pasien dimana setelah proses
konseling risiko PMS dan hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang
perlu pemeriksaan tersebut.
b.
Upayakan ketersediaan uji serologic
c.
Konseling spesifik bagi mereka yang
tertular HIV, terutama yang berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d.
Bagi golongan risiko tinggi tetapi
hasil pengujian negative lakukan konseling untuk upaya preventif (penggunaan
kondom)
e.
Berikan nutrisi dengan nilai gizi
yang tinggi, atasi infeksi oportunistik
f.
Lakukan terapi (AZT sesegera
mungkin, terutama bila konsentrsi virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika
CD4 menurun secara dratis
g.
Tatalaksana persalinan sesuai dengan
pertimbangan kondisi yang dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan
prinsip pencegahan infeksi).
Rekomendasi pemberian ART untuk mengurangi transmisi
perinatal
Situasi kehamilan Rekomendasi
Situasi kehamilan Rekomendasi
a.
Odha hamil yang belum pernah
menggunakan antiretrovirus sebelumnya
b.
Odha hamil yang sedang mendapatkan
ART dan hamil
c.
Odha hamil datang pada saat
persalinan dan belum mendapat ART
d.
Jika bayi dari ibu odha datang
setelah persalinan,sedangkan ibu belum mendapatkan ART selama
kehamilan/intrapartum
1.
Odha yang hamil menjalani
pemeriksaan klinis,imunologis,dan virologi standart.pertimbangan inisiasi dan
penelitian ART sama dengan odha yang tidak hamil dengan pertimbangan efek
terhadap kehamilan.
Regimen AZT tiga bagian
direkomendasikan setelah trimester pertama tanpa memendang kadar hiv
ibu.regimen kombinasi direkomendasikan pada odha status klinis,imunologis,dan
viroogisnya berat atau kadar HIV lebih dari 1000 kopi/mL.jika odha datang pada
trimester pertama kehamilan,pemberian AZT dapat di tunda sampai usia kehamilan
10-12 minggu.
2.
Jika kehamilan diketahui setelah
trimester pertama,tetapi ART sebelumnya diteruskan,sebaiknya dengan menyertakan
ZDV.jika kehamilan diketahui pada terimester pertama,odha diberikan konseling
tentang keuntungan dan resiko ART pada trimester pertama.jika odha memilih
menghentikan AZT selama trimester pertama,semua obat harus dihentikan untuk
kemudian diberikan secara stimulant setelah trimester pertama untuk mencegah
resisitensi obat tanpa mempertimbangkan regimen sebelumnya, AZT dianjurkan
untuk diberikan selama intrapartum
3.
Ada beberapa regimen yang
dianjurkan:
a.
Nevirapindosis
tunggal pada saat persalinan dan dosis tunggalpada bayi pada usia 48 jam
b.
AZT dan 3TC oral pada
persalinan,diikuti AZT/3TC pada bayi selama seminggu
c.
AZT
intravena intrapartum dikuti AZT pada bayi selama 6 minggu
d.
Dua dosis neviraprin dikombinasi
dengan AZT intravena selama persalinan diikuti AZT pada bayi selama 6 minggu. Segera
setelah persalinan,odha menjalani pemeriksaan seperti CD4 dan kadar HIV untuk
menentukan apakah ART akan dilanjutkan
4.
AZT sirup diberikan pada bayi selama
6 minggu,dimulai secepatnya dalam 6-12 jam setelah kelahiran.beberapa dokter
dapat memilih kombinasi AZT dengan ART lain,terutama jika ibunya diketahui
resisten terhadap AZT.namun efikasi regimen ini belum diketahui dan dosis untuk
anak belum sepenuhnya diketahui. Segera setelah persalinan,odha menjalani
pemeriksaan seperti CD4 dan kadar HIV untuk menentukan apakah ART akan
dilanjutkan.bayi menjalani pemeriksaan diagnostik awal agar ART dapat diberikan
sesegera mungkin jika ternyata HIV positif.
Penatalaksanaan Persalinan Pada Ibu
Hamil Dengan Hiv
Untuk
mengurangi resiko tranmisi HIV yang terutama terjadi pada saat intrapartum, beberapa peneliti mencoba
membandingkan tranmisi antara odha yag menjalani seksio sesarea dengan partus
pervaginam. Persalinan dengan sesio sesarea dipikirkan dapat mengurangi paparan
bayi dengan cairan serkovaginal yang mengandung HIV. Bila odha hamil memilih
persalinan seksio sesarea maka resiko semakin rendah yaitu dibawah 1%.
Rekomendasi cara persalinan untuk
mengurangi tranmisi HIV dari ibu ke anak:
1.
Odha hamil yang datang pada
kehamilan diatas 36 minggu, belum mendapat ART, dan sedang menunggu hasil
pemeriksaan kadar HIV dan CD4* yang diperkirakan ada sebelum persalinan.
2.
Odha hamil yang datang pada
kehamilan awal, sedang mendapat kombinasi ART dan kadar HIV tetap diatas 1000
kopi/mL pada minggu ke-36 kehamilan
3.
Odha hamil
yang mendapat kombinasi ART, dan kadar HIV tidak terdeteksi pada minggu ke-36
kehamilan.
4.
Odha hamil yang sudah direncanakan
seksio sesarea efektif, namun datang pada awal persalinan atau setelah ketuban
pecah
Langkah – Langkah Penyelesaian
Masalah Hiv – Aids
Lima cara pokok untuk mencegah
penluaran HIV-AIDS yaitu :
a. Tidak melakukan hubungan seks pra nikah atau hubungan seks bebas baik oral
vaginal, anal dengan orang yang terinfekasi
b. Saling setia, hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sah.
c. Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama
sekali resiko penularan HIV/AIDS.
d. Tolak penggunaan narkoba ,khususnya narkoba suntik.
e. Jangan memakai jarum suntik bersama.
f. Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
g. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi
lebih jauh dan mencegah penularan
h. Wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur,
sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
i.
Pengendalian
penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks
dengan menggunakan upaya pencegahan.
Bagi petugas kesehatan
Mencakup 5
komponen penting yaitu :
a.
Penjaringan pasien
b.
Perlindungan diri
c.
Dekontaminasi peralatan
d.
Desinfeksi permukaan lingkungan
kerja
e.
Penanganan limbah klinik
Bagi penderita
a.
Hindari anal seks dan oral seks
b.
Hindari pertukaran cairan tubuh (
darah , semen, cairan vagina)
c.
Menggunakan kondom yang berkualitas
tinggi jika berhubungan seksual
d.
Selalu berkonsultasi dengan dokter
e.
pola hidup sehat.
f.
Harus selalu ingat bahwa orang pasti
akan meninggal, tetapi tidak seorang pun dapat meramalkannya, mungkin besok
atau lusa.
Penanganan Dan Pengobatan Aids
Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi
HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum
maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk
membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka
yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan
kematian.
Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus
diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini
berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual
terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak
antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi
N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi
kemungkinan terjadinya gejala sisa.
Pilihan utama adalah penisilin +
probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:
1. Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral
2. Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral
3. Azitromisin 2 gram, peroral
4. Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular
5. Ciprofloxacin 500 mg, peroral
6. Ofloxacin 400 mg, peroral
7. Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular
Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal
Periode
pasca persalinan adalah kesempatan terbaik untuk melakukan konseling, pasangan
& keluarganya untuk melakukan tes HIV apabila pemeriksaan ini tidak di
lakukan selama kehamilan.
Bila hasil
positif, di perlukan konseling tentang pengobatan tentang yang di perlukan
& bagaimana upaya pencegahan penularan dapat di lakukan
SOAL
1. Dibawah
ini merupakan cara penularan HIV/AIDS, kecuali
a.
Hubungan seksual yang tidak aman
dengan orang yang terinfeksi virus.
b.
Jarum dan alat suntik yang tidk
steril, atau benda tajam lain yang menusuk atau menyayat kulit.
c.
Berciuman
d.
Transfusi darah, bila darah tersebut
belum diperiksa apakah bebas dari HIV
Jawaban : C
2.
Kehamilan bisa berbahaya bagi wanita
dengan HIV atau AIDS selama persalinan dan melahirkan. Ibu sering akan
mengalami masalah-masalah sebagai berikut, kecuali
a.
Keguguran
b.
Demam, infeksi dan kesehatan
menurun.
c.
Infeksi serius
setelah melahirkan, yang sukar untuk di rawat dan mungkin mengancam jiwa ibu
d.
Sakit Kepala hebat
Jawaban : D
3.
Mencegah penularan HIV/AIDS bagi
petugas kesehatan adalah
a.
Hindari pertukaran cairan tubuh (
darah , semen, cairan vagina)
b.
Menggunakan kondom yang berkualitas
tinggi jika berhubungan seksual
c.
Penanganan limbah klinik
d.
Selalu berkonsultasi dengan dokter
Jawaban : D
4. Gejala mayor
pada orang dewasa yang dicurigai AIDS adalah
a.
Diare kronik lebih dari satu bulan
b.
Batuk lebih dari satu bulan
c.
Dermatitis preuritik umum
d.
Herpes zoster recurrens
Jawaban : A
5.
Gejala minor pada anak yang
dicurigai AIDS adalah
a.
Penurunan berat badan atau
pertmbuhan yang lambat dan abnormal
b.
Infeksi umum yang berulang
c.
Diare kronik lebih dari 1 bulan
d.
Demam lebih dari 1 bulan
Jawaban : B
DAFTAR PUSTAKA
Rukiah, Ai Yeyeh S.Si.T, “ Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan)”,
Jakarta: Trans Info Media, 2010.
Prawirohardjo, Sarwono, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal “, Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
Feryanto Ahmad, Fadlun,”Asuhan Kebidanan Patologis”,Jakarta: Salemba
Medika, 2012
Komentar
Posting Komentar