MAKALAH PNEUMONIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di
dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi
juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya,
terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah
kematian rata-rata 45.000 orang.
Di Indonesia, pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor
sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah
demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti
karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ).
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ).
Bakteri yang umum adalah streptococcus
Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya
virus influensa. Angka kematian Pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan
mencapai 21 %. Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per
1000 anak balita setiap tahunnya. Fakta yang sangat mencengangkan. Karenanya,
kita patut mewaspadai setiap keluhan panas, batuk, sesak pada anak dengan
memeriksakannya secara dini. (Anonim, 2004)
B.
Tujuan Umum
Penulis mengetahui dan melaksanakan
Asuhan Kebidanan Pada Anak Sakit dengan Pneumonia di RSUD dr.Soeselo Slawi
dengan menggunakan metode manajement Varney.
C.
Tujuan Khusus
Menjelaskan Asuhan kebidanan pada anak
sakit dengan pneumonia dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut teori
varney yaitu:
1. Melaksanakan pengkajian, dari anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang
2.
Menginterpretasikan data
dari hasil pengkajian
3. Mengidentifikasi diagnosa dan smasalah
potensial sesuai dengan diagnosa masalah
potensial
4.
Mengidentifikasi tindakan
segera atau rujukan
5.
Menyusun rencana yang
menyeluruh dengan rasional
6.
Melaksanakan rencana asuhan
yang menyeluruh
7.
Melakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
8.
Melakukan pembahasan
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
TEORI VARNEY
Manajement kebidanan adalah metode dan
pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khususs dilakukan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, masyarakat, dalam
melakukan asuhan menggunakan langkah manajement kebidanan yang terdiri dari
tujuh langkah Varney.
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan informasi
yang sistematis tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien.
a.
Identitas anak
1.
Nama anak
Nama anak dinyatakan dengan nama ibunya (
Depkes RI 1999 )
2.
Umur anak
Umur anak diisi dengan umur anaknya
3.
Jenis kelamin
Dalam jenis kelamin diisi jenis kelamin
anaknya
b.
Identitas orang tua
1.
Nama
Nama yang jelas dan lengkap
(Depkes RI 1999)
2.
Umur
Umur dicatat dalam hitungan jam,bulan,tahun,sebaiknya dinyatakan
jenis kelamin laki-laki atau perempuan (Depkes RI 1999)
3.
Jenis kelamin
Pada jenis kelamin dinyatakan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan (Depkes RI 1999)
4.
Suku
Suku dinyatakan untuk mengetahui jenis suku atau kebangsaan (Depkes
RI 1999)
5.
Agama
Dinyatakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien. Dengan diketahui agama pasien akan memudahkan dalam
melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan kebidanan (Depkes RI 1999)
6.
Pendidikan
Dinyatakan untuk mengetahui tingkat pendidikan mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang (Depkes RI 1999)
7.
Pekerjaan
Dinyatakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan pasien (Depkes RI 1999)
8.
Alamat
Dinyatakan untuk mempermudah
hubungan bila keadaan mendesak (Depkes RI 1999)
c.
Anamnesa ( data subjektif )
Anamnesa (data subjektif)
diperoleh dari informasi yang diberikan oleh pasien atau keluarga pasien dalam
anamnesa data-data yang meliputi:
1.
Keluhan Utama
Mengenai keluhan yang ada
pada pasien
2.
Alasan Datang
Mengenali
alasan mengapa pasien tersebut datang ke pelayanan kebidanan
3.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Mengenai riwayat penyakit
dahulu data yang diperlukan/dinyatakan meskipunnpenyakit yang ada meliputi:
a.
Penyakit pada saat hamil
b.
Kebiasaan pada waktu hamil
c.
Riwayat persalinan sekarang
d.
Pemeriksaan fisik ( data
objektif )
Data objektif didasarkan pada
fenomena yang dapat diamati dan dipertunjukkan secara fakta. Fenomena tersebut
yang dapat diamati dikumpulkan oleh seseorang selain pasien . Pemeriksaan fisik pada khasus pneumonia ,data yang diperlukan
meliputi :
1.
Keadaan umum
Keadaan umum pada
pneumonia lemah
2.
Kesadaran
Kesadaran
pada pneumonia composmetis
3.
Suhu
Pada suhu kasus pneumonia biasnya suhunya
4.
Pemeriksaan fisik secara sistematis
Meliputi
kepala sampai kaki
2.
Interpretasi Data
Ada
beberapa hal masalah tidak dapat di identifikasi atau diterapkan sebagai
diagnosea,tetapi perlu dipertimbangkan untuk pengembangan rencana pelayanan
kommprehensif. Masalah-masalah berhubungan dengan pengalaman nyata yang
ditetapkan sebagai diagnose dan sering di identifikasi bidang ter tentu pada
pengalaman tersebut (Depkes RI 2003)
Diagnosa pada kasus bayi dengan asfiksia
yaitu:
Diagnosa :
Anak. R umur 2 bulan 5 hari dengan
pneumonia
Data
Dasar : Batuk,
kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak bisa minum
demam,dahak berwarna kehijauan
3. Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada atau
diagnosa langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosa yang sudah di
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan stabil mengamati klien. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
pneumonia adalah pneumonia berat.
4.
Identifikasi Kebutuhan
Segera atau Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dari dr. Sp.A
untuk dikonsultasikan dan ditandai dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
Beberapa data mengidentifikasikan situasi
yang gawat. Dokter
harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa anak-anak. Dari data
yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu yang memerlukankan tindakan segera.
Sementara yang lain biasa saja dilakukan tindakan yang tidak memerlukan
konsultasi dengan dokter.
5.
Perencanaan
Rencana
tindakan kommprehensif ditentukan berdasarkan tahapan terdahulu/sebelumnya
untuk mengantisipasi masalah serta diagnose. Pada kasus asfiksia sedang rencana
yang dirumuskan adalah memberikan antibiotik dan berikan theraphy oksigen,berikan
penkes,atur posisi semi fowler, kaji respirasi.
6.
Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana
tindakan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun pada kasus
asfiksia. Pelaksanaan rencana tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana
tindakan menyeluruh yang telah disusun.
7.
Evaluasi
Evaluasi
merupakan suatu penganalisa hasil implementasi asuhan yang telah dilaksanakan
dalam periode untuk menilai keberhasilannya jika pasien sudah membaik pasien
diperbolehkan untuk pulang.
B.
TEORI KASUS
1.
Definisi
Pneumonia menurut Wikipedia Paru-paru adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut broncho pneumonia). (Anonim, 2004)
Pneumonia
menurut Axton & Fugate adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Anonim, 1993)
Pneumonia menurut UNICEF adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ
paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana
pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. (Anonim, 2004)
Pneumonia menurut WHO adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai dengan
demam, batuk dan sesak napas. (Anonim, 2004)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi
fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan dikenal masyarakat, sehingga
memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia informasi
tentang penanggulangan Pnemonia.
Program P2ISPA mengklasifikasikan
penderita kedalam 2 kelompok usia: Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan
Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia,
Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) (Anonim, 2004)
2.
Etiologi
Pneumonia
pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri
tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan
cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan
penderita menjadi kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain
seperti nyeri kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak diatas 5 tahun).Pada
bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak selalu
ditemukan demam dan batuk.
3.
Faktor Predisposisi
Menurut
Depkes RI tahun 2004, penyebab Pneumonia antara lain:
a.
Status Gizi Bayi
b.
Riwayat Persalinan
Riwayat
persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah dini dan
persalinan Pre term (Setyo Wulan, 2000)
c.
Kondisi Sosial ekonomi orang
tua
d.
Konsumsi ASI
Kemampuan orang tua
dalam menyediakan lingkungan tumbuh kembang yang sehat pada bayi juga sangat
mempengaruhi terhadap terjadinya Pneumonia.
4.
Tanda dan Gejala
·
Sesak Nafas
·
Batuk nonproduktif
·
Ingus (nasal discharge)
·
Suara napas lemah
·
Retraksi intercosta
·
Penggunaan otot bantu nafas
·
Demam
·
Ronchii
·
Cyanosis
·
Thorax photo menunjukkan
infiltrasi melebar (Anonim, 2004)
5.
Klasifikasi pneumonia
a. Pneumonia Berat, ditandai secara klinis oleh
adanya tarikan dinding dada ke dalam
b. Pneumonia Ditandai secara klinis oleh adanya
nafas cepat
c. Bukan Pneumonia dtiatndai secara klinis oleh
batuk pilek bisa disertai demam dan tanpa tarikan dinding dada ke dalam dan
tanpa nafas cepat (Rasmailah, 2004)
6.
Penatalaksanaan bayi
dengan Pneumonia
Pengobatan ditujukan kepada
pemberantasan mikroorganisme penyebabnya. Walaupun adakalanya tidak diperlukan
antibiotika jika penyebabnya adalah virus, namun untuk daerah yang belum
memiliki fasilitas biakan mikroorganisme akan menjadi masalah tersendiri
mengingat perjalanan penyakit berlangsung cepat, sedangkan di sisi lain ada
kesulitan membedakan penyebab antara virus dan bakteri. Selain itu, masih
dimungkinkan adanya keterlibatan infeksi sekunder oleh bakteri.
Oleh karena itu, antibiotika diberikan jika penderita telah ditetapkan sebagai Pneumonia. Ini sejalan dengan kebijakan Depkes RI (sejak tahun 1995, melalui program Quality Assurance) yang memberlakukan pedoman penatalaksaan Pneumonia bagi Puskesmas di seluruh Indonesia.
Perawatan dirumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita Pneumonia antara lain:
Oleh karena itu, antibiotika diberikan jika penderita telah ditetapkan sebagai Pneumonia. Ini sejalan dengan kebijakan Depkes RI (sejak tahun 1995, melalui program Quality Assurance) yang memberlakukan pedoman penatalaksaan Pneumonia bagi Puskesmas di seluruh Indonesia.
Perawatan dirumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita Pneumonia antara lain:
a.
Mengatasi demam untuk anak
usia 2 bulan- 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan paracetamol atau dengan
kompres.
Bayi
dibawah 2 bulan harus segera dirujuk. Paracetamol diberikan 4x tiap 6 jam untuk
waktu 2 hari.
Cara
pemberiannya tablet dibagi sesuai dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
b. Mengatasi batuk, dianjurkan memberikan obat
batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis 1/2 sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh diberikan 3x sehari.
c. Pemberian makanan, diberikan makanan yang
cukup gizi sedikit demi sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari
biasanya, lebih2 jika muntah.
Pemberian
ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian Minuman, usahakan pemberian cairan
air putih, air buah, dsb lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
melancarkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
(Retno Asih, 2008)
7.
Pencegahan Pneumonia
Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko
tinggi yang tanda awalnya sangat mirip dengan Flu, alangkah baiknya para orang
tua tetap waspada dengan memperhatikan tips berikut:
a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap
rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan
penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita
mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak
napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum
menampakkan perbaikan. Dan
segera ke RS jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan
terhadap Haemophilus influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD=
invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak resiko
tinggi, terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat dinikmati oleh
semua anak karena harganya yang cukup mahal. (Retno Asih, 2008)
Komentar
Posting Komentar