MAKALAH PONED HIPOTERMI


MAKALAH PONED
HIPOTERMI
Dosen Pengampu : Rosi Kurnia S, S.ST




Description: D:\50355_77304120129_1203_n.jpg




Disusun Oleh :
1.      Rizza Umami i         (11/1959/B/0115)
2.      Sri Hendarti             (11/1966/B/0122)
3.      Sri Wahyuni            (11/1967/B/0123)





PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HIPOTERMI”
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1.    Ibu Rosi Kurnia S, S.ST selaku Dosen pengampu mata kuliah PONED.
2.    Pihak-pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun akan kami terima dengan senang hati.
Purwokerto, maret 2013



Penulis










DAFTAR ISI























BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.

B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipotermi.
2.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipotermi.
3.      Untuk mengetahui gejala-gejala hipotermi.
4.      Untuk mengetahui mekanisme terjadinya hipotermi.
5.      Untuk mengetahui jenis-jenis hipotermi.
6.      Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan hipotermi.
7.      Untuk mengetahui patofisiologi.




C.     Rumusan masalah
1.      Menjelaskan apa yang dimaksud dengan hipotermi.
2.      Menjelaskan apa penyebab terjadinya hipotermi.
3.      Menjelaskan apa saja gejala-gejala hipotermi.
4.      Menhelaskan bagaimana mekanisme terjadinya hipotermi.
5.      Menjelaskan jenis-jenis hipotermi.
6.      Menjelaskan cara pencegahan dan pengobatan hipotermi.
7.      Mengetahui patofisiologi hipotermi.
































BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Teori Varney
1.      Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
2.      Standar 7 langkah Varney, yaitu
Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
a.       Anamnesa
b.      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c.        Pemeriksaan khusus
d.      Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
 Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi
Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.


Langkah VI: Implementasi/Pelaksanaan
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien

Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.
B.     Teori Hipotermi
1.      Pengertian
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)
Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang
(suhu 32–36 derajat Celsius). Disebut hipotermi berat bila suhu < 32 derajat Celsius, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celsius.

2.      Macam-macam Hipotermi
Hipotermi dibedakan atas :
a.         stres dingin (36 -36,5oC)
b.         hipotermi sedang (32 -36oC)
c.          hipotermi berat (dibawah 32oC)

3.      Faktor resiko
1.      bayi kurang bulan / prematur
2.      bayi berat lahir rendah
3.      bayi sakit
4.      Jenis-jenis Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu
a.       Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°c.>
b.      Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
c.       udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
d.      Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
(seluruh tubuh) yang serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan iklim dingin.

5.      Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
a.       Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1–2 derajat Celsius sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR, hipoksia (suatu keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan sel, jaringan atau organ), ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
b.      Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
c.       Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
d.      Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin,  suhu berkisar antara 29,5–35 derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.
e.       Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.

6.      Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.

a)      Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
·         Jaringan lemak subkutan tipis.
·         Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
·         Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
·         BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
·         Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.
b)      Penyebab Hipotermi
·         Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
·         Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
·         Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
·          Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
·         Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
·         Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.
·         Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
·         Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
·         Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
·         jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya adalah dengan mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang mengancam akan memicu “perubahan sikap”, tergantung penyebab yang mendasarinya (misalnya dengan melindungi terhadap angin dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam renang, berkemul, dll). Jika reaksi “perubahan sikap” ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi hipotermia, yakni penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat terjadi karena alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau bahaya hipotermia yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau metabolic. Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 – 10 drajatC selama 10 menit dapat menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian basah ditempat dengan hembusan angin yang kuat bersuhu lingkungan 0 drajatC dapat menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang dari 1 jam.
·         Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena perbandingan luas permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas basal yang kurang, dan lapisan lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa muda yang tidak berpakaian tetap dapat mempertahankan suhu inti meskipun suhu lingkungan turun menjadi 27 drajatC karena produksi panas basalnya cukup. Pada neonatus, hipotermia dapat terjadi pada suhu lingkungan < 34oC.
7.      GEJALA HIPOTERMI
Gejalanya bisa berupa:
a.       GEJALA HIPOTERMI pada bayi baru lahir
·         Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat menghisap asi,dan menangis lemah
·         Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,tungkai dan tangan.
·         Muka bayi berwarna merah terang
·         tampak mengantuk
·         kulitnya pucat dan dingin
·         Lemah, lesu ,menggigil.
·         Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian dada
·         Ujung jari tangan dan kaki kebiruan
·         Bayi tidak mau minum/menyusui
·         Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
·         Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)
·         Kulitnya pucat dan dingin
·          Menggigil
b.      Indikasi Penyakit Hipotermia
i.                    Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
ii.                  Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
iii.                Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.
iv.                 Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.

c.       Tanda-tanda klinis hipotermia:
1.      Hipotermia sedang:
a)      Kaki teraba dingin
b)      Kemampuan menghisap lemah
c)      Tangisan lemah
d)     Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
2.      Hipotermia berat
a.       Sama dengan hipotermia sedang
b.      Pernafasan lambat tidak teratur
c.       Bunyi jantung lambat
d.      Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik
e.       Stadium lanjut hipotermia
f.       Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
g.      Bagian tubuh lainnya pucat
h.      Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
3.      Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3 yaitu:
a.       Mild atau ringan
·         Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi
·         Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkatnya tekanan darah,
·         Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
·         Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot
b.      Moderate, sedang
·         Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil
·         Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
·         Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
·         Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin

c.       Severe, parah
·         Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengedip)
·         Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
·         Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
·         Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer.
8.      PATOFISIOLOGI HIPOTERMI
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di  hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai ro wn fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol  level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain
Depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyang progressif dari aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang, penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan
a.       Akibat-akibat yang di timbulkan oleh hipotermi:
·         HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob.
·         Kebutuhan oksigen yang meningkat.
·          Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
·         Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
·         Shock.
·         Apnea.
·         Perdarahan Intra Ventricular
·         Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
·         Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.



9.      MEKANISME TERJADINYA HIPOTERMI
Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melalui :
a.       tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus,
b.      Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat .
c.       Evaporasi (menguapnya cairan dari kulit bayi yang basah)adalah cairan atau air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. misalnya: Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, lalu terlalu cepat dimandikan
d.      Radiasi (memancarnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin)adalah panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin atau panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar  bayi yang lebih dingin misalnya: diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
e.       Konduksi (pindahnya panas tubuh apabila kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin)adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langung kontak dengan permukaan yang lebih dingin misalnya: tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus.
f.       Konveksi yaitu h udara hilangnya panas tubuh bayi karna aliran udara sekeliling bayi:misalnya bayi baru lahir diletakkan di dekat pintu,jendela terbuka.
10.  PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIPOTERMI
Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
A.    Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
a)   Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat.
b)   Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
c)   melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.
d)  bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan diatas tungku.
e)   menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
f)    meminta pertolongan kepada petugas kesehatan terdekat.
g)   dirujuk ke rumah sakit
h)   Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
B.      Tindakan-tindakan Pencegahan Penyakit Hipotermia
1.      Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi, berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau, bingung, dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya jangan cepat-cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangang menggosok-gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan dari mulut dan menekan dada.Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut.
2.      Panas tubuh dari orang lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat jangan memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan angin) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting.
3.      Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering, bersih, penerangan cukup.
4.      Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih
5.      Menjaga bayi tetap hangat dengan mendekap bayi di dada
ibunya dan keduanya di selimuti.
6.      Memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 menit setelah melahirkan agar bayi memperoleh kalori.
7.      Mempertahankan kehangatan pada bayi.
8.      Memberi perawatan bayi baru lahir yang memada
9.      Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan / perawatan bayi baru lahir
10.  Menunda memandikan bayi baru lahir :
·         pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.\
·         pada bayi berat badan lahir rendah tunda memandikannya lebih lama lagi.
11.  Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
BAB III
TINJAUAN KASUS



























BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :
·         Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu
·         Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang     badan 48 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm
·         Tanda vital dalam batas normal
·         Tidak ada kelainan / kecacatan
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan shipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
Setelah menyimak uraian diatas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
Upaya pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar bila bayi dikeringkan dan melakukan kontak kulit langsung dengan ibu
Suhu lingkungan selama dan setelah kelahiran sangat besar pengaruhnya pada bayi baru lahir. Semakin dingin ruangan semakin besar terjadinya hipotermi.

B.     Saran
1.      Bagi mahasiswa
Mempelajari lebih lanjut tentang teori yang berhubungan dengan asuhan bayi dengan hipotermi sehingga mampu memberikan asuhan pada bayi dengan hipotermi secara komprehensif.
2.      Bagi Petugas
Petugas kesehatan memberikan asuhan secara komprehensif secara cepat aman dan tepat.




DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1994. Pedoman penanganan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal.Departemen kesehatan RI, Jakarta.
Saifudin, abdul bari.2002.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.INPKKRPOGI dan YBS-SP, Jakarta.
Wiknjosastro, gulardi H,dkk.2007.Asuhan persalinan normal, JNPK-KR, jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Feryanto, achmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Lidel ,Des, dkk.2011. asuhan neonatus bayi dan balita. Jakarta: EGC
Muslihatun,wafi, nur. 2011. Asuhan neonatus bayi dan balita. Jogjakarta: fitramaya
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/40280/Hipotermia-pada-bayi
http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kelainan-hipotermia-pada-neonatus-bayi-dan-balita.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH EPIDEMIOLOGI TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE YANG BERPOTENSI DAPAT MENIMBULKAN WABAH

LAPORAN PENDAHULUAN TUKAK LAMBUNG

PAPER PROMKES