MAKALAH PONED HIPOTERMI
MAKALAH PONED
HIPOTERMI
Dosen
Pengampu : Rosi Kurnia S, S.ST

Disusun Oleh
:
1.
Rizza Umami i (11/1959/B/0115)
2.
Sri Hendarti (11/1966/B/0122)
3.
Sri Wahyuni (11/1967/B/0123)
PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HIPOTERMI”
Dalam
menyelesaikan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Ibu
Rosi Kurnia S, S.ST selaku Dosen pengampu mata kuliah PONED.
2. Pihak-pihak
yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah turut membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah
memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun akan kami terima
dengan senang hati.
Purwokerto,
maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kondisi
terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus
selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan
neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas
metabolismenya.Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di
dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan
dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya
sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin
kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh
neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur
rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti
tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber
vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus.
Suhu
permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan.
Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik,
pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada
pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan
suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan
lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik
dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar
pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan hipotermi.
2.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya
hipotermi.
3.
Untuk mengetahui gejala-gejala
hipotermi.
4.
Untuk mengetahui mekanisme
terjadinya hipotermi.
5.
Untuk mengetahui jenis-jenis
hipotermi.
6.
Untuk mengetahui pencegahan dan
pengobatan hipotermi.
7.
Untuk mengetahui patofisiologi.
C. Rumusan
masalah
1. Menjelaskan
apa yang dimaksud dengan hipotermi.
2. Menjelaskan
apa penyebab terjadinya hipotermi.
3. Menjelaskan
apa saja gejala-gejala hipotermi.
4.
Menhelaskan bagaimana mekanisme
terjadinya hipotermi.
5.
Menjelaskan jenis-jenis hipotermi.
6.
Menjelaskan cara pencegahan dan
pengobatan hipotermi.
7.
Mengetahui patofisiologi hipotermi.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Teori Varney
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian
pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu
proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara
sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai
dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan
efisien.
2. Standar
7 langkah Varney, yaitu
Langkah 1 : Pengkajian
Pada
langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dapat
dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan
penunjang
Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka
bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini
merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan
hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya
dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap
dan akurat.
Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah
Kebidanan
Pada langkah ini
identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang
akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi
tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
sedang dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan.
Langkah III: Mengantisipasi
Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini mengidentifikasi
masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi
tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial
tidak terjadi
Langkah IV:
Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus.
Pada penjelasan
diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan
prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial
pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera
untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk
tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang
bersifat rujukan.
Langkah V: Merencana Asuhan Secara
Menyeluruh
Pada langkah ini
direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural
atau masalah psikologi.
Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up
to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah VI: Implementasi/Pelaksanaan
Langkah VI: Implementasi/Pelaksanaan
Pada langkah ke
enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke
lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan
dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap
bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien
Langkah VII: Evaluasi
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini
dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.
B. Teori
Hipotermi
1. Pengertian
Hipotermia
adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu organ dalam).
Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema
Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga
menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh <
320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
Bayi
hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi
neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi
merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama
dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang
dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Hipertermia
adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui
oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)
Sengatan
panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri temperatur
inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas
sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh
pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang
berat. Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini
terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang
udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
Bila seluruh
tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang
(suhu 32–36
derajat Celsius). Disebut hipotermi berat bila suhu < 32 derajat Celsius,
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat
mengukur sampai 25 derajat Celsius.
2. Macam-macam
Hipotermi
Hipotermi dibedakan
atas :
a.
stres dingin (36 -36,5oC)
b.
hipotermi sedang (32
-36oC)
c.
hipotermi berat (dibawah 32oC)
3. Faktor
resiko
1. bayi
kurang bulan / prematur
2. bayi
berat lahir rendah
3. bayi
sakit
4. Jenis-jenis
Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu
a. Accidental
hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35°c.>
b. Primary
accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap
c. udara dingin
pada orang yang sebelumnya sehat.
d. Secondary
accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik
(seluruh tubuh) yang serius.
Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan iklim dingin.
5.
Klasifikasi
Berdasarkan
kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
a.
Hipotermia sepintas, yaitu penurunan
suhu tubuh 1–2 derajat Celsius sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal
kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur
sebaik-baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada BBLR, hipoksia (suatu keadaan
dimana suplai oksigen tidak mencukupi untuk keperluan sel, jaringan atau
organ), ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus
setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan
pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
b.
Hipotermia akut terjadi bila bayi
berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam. Umumnya terdapat pada bayi
dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup
panas, kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam
kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah,
gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi
yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang
suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya
dapat diawasi dengan teliti.
c.
Hipotermia sekunder. Penurunan suhu
tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab
lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau
hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan
yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan
mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa,
oksigen, dan sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat
tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui
secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus
dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
d.
Cold injury, yaitu hipotermia yang
timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya
ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, suhu berkisar antara 29,5–35
derajat Celsius, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki,
dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.
e.
Bayi seperti ini sering mengalami
komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan
memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10
persen, dan kortikosteroid.
6.
Penyebab Hipotermi
Berikut penyebab terjadinya
penurunan suhu tubuh pada bayi :
Luas
permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah),
relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya
cepat hilang.
Pada cuaca
dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui
penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh
cairan ketuban.
a)
Etiologi Penyebab terjadinya
hipotermi pada bayi yaitu :
·
Jaringan lemak subkutan tipis.
·
Perbandingan luas permukaan tubuh
dengan berat badan besar.
·
Cadangan glikogen dan brown fat
sedikit.
·
BBL (Bayi Baru Lahir) tidak
mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
·
Kurangnya pengetahuan perawat dalam
pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.
b)
Penyebab Hipotermi
·
Pusat pengaturan suhu tubuh pada
bayi belum berfungsi dengan sempurna
·
Permukaan tubuh bayi relatif lebih
luas
·
Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas
·
Bayi belum
mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan
·
Keadaan yang
menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah,
atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan
sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara
dan penguapan.
·
Ketidaksanggupan
menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak,
ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh
dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
pada BBLR.
·
Kurangnya metabolisme untuk
menghasilkan panas, seperti defisiensib ro wn
fat, misalnya bayi preterm, kecil masa
kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra
kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
·
Hipotermi dapat terjadi setiap saat
apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh
tidak di terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:6-12 jam
pertama setelah lahir.
·
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia
(kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang
tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat,
sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu,
hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
·
jika suhu inti terancam menurun,
sebagai upaya untuk mengatasinya adalah dengan mengatur produksi panas (tremor
otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang mengancam akan memicu “perubahan sikap”,
tergantung penyebab yang mendasarinya (misalnya dengan melindungi terhadap
angin dengan penambahan pakaian, meninggalkan kolam renang, berkemul, dll).
Jika reaksi “perubahan sikap” ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi
hipotermia, yakni penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat
terjadi karena alasan fisik yang tidak memungkinkan keluar dari situasi
tersebut, atau bahaya hipotermia yang tidak disadari, atau akibat ganggua
neurologist, hormon, atau metabolic. Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 –
10 drajatC selama 10 menit dapat menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan
lemak). Memakai pakaian basah ditempat dengan hembusan angin yang kuat bersuhu
lingkungan 0 drajatC dapat menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang dari 1
jam.
·
Risiko hipotermia terutama terdapat
pada orang yang sudah tua (rentang pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi
(terutama bayi baru lahir) karena perbandingan luas permukaan dengan massa
tubuh relatif besar, produksi panas basal yang kurang, dan lapisan lemak
subkutan yang masih tipis. Orang dewasa muda yang tidak berpakaian tetap dapat
mempertahankan suhu inti meskipun suhu lingkungan turun menjadi 27 drajatC
karena produksi panas basalnya cukup. Pada neonatus, hipotermia dapat terjadi
pada suhu lingkungan < 34oC.
7.
GEJALA HIPOTERMI
Gejalanya bisa berupa:
Gejalanya bisa berupa:
a.
GEJALA HIPOTERMI pada bayi baru
lahir
·
Sejalan dengan menurunnya suhu
tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak kuat menghisap asi,dan menangis lemah
·
Timbulnya sklerema atau kulit
mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,tungkai dan tangan.
·
Muka bayi berwarna merah terang
·
tampak mengantuk
·
kulitnya pucat dan dingin
·
Lemah, lesu ,menggigil.
·
Kaki dan tangan bayi teraba lebih
dingin dibandingkan dengan bagian dada
·
Ujung jari tangan dan kaki kebiruan
·
Bayi tidak mau minum/menyusui
·
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
·
Dalam keadaan berat, denyut jantung
bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)
·
Kulitnya pucat dan dingin
·
Menggigil
b.
Indikasi Penyakit Hipotermia
i.
Gejala awal hipotermia apabila suhu
< 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi
teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C -
<360C).
ii.
Gigi gemeretakan, merasa sangat
letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
iii.
Selanjutnya pandangan mulai menjadi
kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.
iv.
Bila tubuh
korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
c.
Tanda-tanda klinis hipotermia:
1.
Hipotermia sedang:
a)
Kaki teraba dingin
b)
Kemampuan menghisap lemah
c)
Tangisan lemah
d)
Kulit berwarna tidak rata atau
disebut kutis marmorata
2.
Hipotermia berat
a.
Sama dengan hipotermia sedang
b.
Pernafasan lambat tidak teratur
c.
Bunyi jantung lambat
d.
Mungkin timbul hipoglikemi dan
asidosisi metabolik
e.
Stadium lanjut hipotermia
f.
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna
merah terang
g.
Bagian tubuh lainnya pucat
h.
Kulit mengeras, merah dan timbul
edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
3.
Gejala Klinis hipotermia dibagi
menjadi 3 yaitu:
a.
Mild atau ringan
·
Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya
persepsi halusinasi
·
Cardiovaskular: denyut nadi cepat
lalu berangsur melambat, meningkatnya tekanan darah,
·
Penafasan: nafas cepat lalu
berangsur melambat,
·
Saraf dan otot: gemetar, menurunnya
kemampuan koordinasi otot
b.
Moderate, sedang
·
Sistem saraf pusat: penurunan
kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil
·
Cardiovaskular: penurunan denyut
nadi secara berangsur
·
Pernafasan: hilangnya reflex jalan
nafas(seperti batuk, bersin)
·
Saraf dan otot: menurunnya reflex,
berkurangnya respon menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
c.
Severe, parah
·
Sistem saraf pusat: koma,menurunnya
reflex mata(seperti mengedip)
·
Cardiovascular: penurunan tekanan
darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
·
Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
·
Saraf dan otot: tidak adanya
gerakan, menghilangnya reflex perifer.
8.
PATOFISIOLOGI HIPOTERMI
Sewaktu
kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur
panas di hipothalamus. Saraf yang dari
hipothalamus sewaktu mencapai ro wn
fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi
menjadi gliserol dan asam lemak. Blood
gliserol level meningkat, tetapi asam
lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat
menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran
darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen
tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap
hangat.Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari
sistem syaraf sentral,kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta
oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf
pusat antara lain
Depresi
linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu
adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi
pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan
autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang,
dan penurunanyang progressif dari aktivitas EEG.
Pada jantung
dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi
pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan darah. Selanjutnya,
peningkatan aritmia atrium dan ventrikel,
perubahan EKG dan sistole yang memanjang, penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout
put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi
oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang
menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat
terjadicold diuresis, peningkatan
katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah
ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas
insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia,
dan penurunan
a.
Akibat-akibat yang di timbulkan oleh
hipotermi:
·
HipoglikemiAsidosis metabolik,
karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob.
·
Kebutuhan oksigen yang meningkat.
·
Metabolisme
meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
·
Gangguan pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
·
Shock.
·
Apnea.
·
Perdarahan Intra Ventricular
·
Kedinginan yang terlalu lama dapat
menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah
ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban
menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan
terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya
reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut
hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai
250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian
·
Bayi hipotermi adalah bayi dengan
suhu badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah
36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu
penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan
kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat
Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
9.
MEKANISME
TERJADINYA HIPOTERMI
Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melalui :
a.
tidak segera diberi pakaian, tutup
kepala, dan dibungkus,
b.
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi
lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi dengaan lingkar lengan
kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.Bayi
lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat .
c.
Evaporasi (menguapnya cairan dari
kulit bayi yang basah)adalah cairan atau air ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap. misalnya: Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, lalu
terlalu cepat dimandikan
d.
Radiasi (memancarnya panas tubuh
bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin)adalah panas yang hilang dari
obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin atau panas tubuh bayi memancar ke
lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin misalnya: diletakkan pada
ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari
ibunya, tidak segera disusui ibunya.
e.
Konduksi (pindahnya panas tubuh
apabila kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin)adalah
pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langung kontak dengan permukaan
yang lebih dingin misalnya: tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan
dibungkus.
f.
Konveksi yaitu h udara hilangnya
panas tubuh bayi karna aliran udara sekeliling bayi:misalnya bayi baru lahir
diletakkan di dekat pintu,jendela terbuka.
10. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIPOTERMI
Mengatasi bayi hipotermi dilakukan
dengan cara :
Prinsip
penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut
hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah
secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga
minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
Pencegahan
dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat
terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada
bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam
inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya
dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat
menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non
servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
A.
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
a)
Bayi dibungkus dengan selimut dan
kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus
dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka
bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia, semua
bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam
keadaan hangat.
b)
Di kamar bersalin, bayi segera
dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi
penutup kepala.
c)
melaksanakan metode kanguru, yaitu
bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar
tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi
masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.
d) bayi baru
lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan diatas
tungku.
e)
menghangatkan bayi dengan lampu
pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
f)
meminta pertolongan kepada petugas
kesehatan terdekat.
g)
dirujuk ke rumah sakit
h)
Terapi yang bisa diberikan untuk
orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga
ketersediaan oksigen yang cukup.
B.
Tindakan-tindakan
Pencegahan Penyakit Hipotermia
1.
Gejala kedinginan yang lebih parah
akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi,
berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau, bingung,
dan pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila
disentuh, nafas menjadi pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban,
seringkali menjadi kram bahkan akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita
sebaiknya jangan cepat-cepat menghangatkan korban dengan botol berisikan air
panas atau membaringkan di dekat api atau pemanas. Jangang menggosok-gosok
tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi miring.
Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan
buatan dari mulut dan menekan dada.Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti
pakaian basah dengan pakaian kering yang
hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan
angin, seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut.
2.
Panas tubuh dari orang lain juga
bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut
dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat jangan
memberikan minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis. Bila kita melakukan
kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan
tinggi, harus membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan
angin) dan pakaian ganti yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan
topi ninja juga sangat penting.
3.
Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu
menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering, bersih, penerangan cukup.
4.
Mengeringkan tubuh bayi segera
ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih
5.
Menjaga bayi tetap hangat dengan
mendekap bayi di dada
ibunya dan keduanya di selimuti.
ibunya dan keduanya di selimuti.
6.
Memberi ASI sedini mungkin dalam
waktu 30 menit setelah melahirkan agar bayi memperoleh kalori.
7.
Mempertahankan kehangatan pada bayi.
8.
Memberi perawatan bayi baru lahir
yang memada
9.
Melatih semua orang yang terlibat
dalam pertolongan persalinan / perawatan bayi baru lahir
10. Menunda
memandikan bayi baru lahir :
·
pada bayi normal tunda memandikannya
sampai 24 jam.\
·
pada bayi berat badan lahir rendah
tunda memandikannya lebih lama lagi.
11. Cara lain
yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap,
yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti
agar bayi senantiasa hangat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara umum dikatakan
normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :
·
Lahir pada masa gestasi 37 – 42
minggu
·
Ukuran antropometri : berat badan
berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48
52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm
·
Tanda vital dalam batas normal
·
Tidak ada kelainan / kecacatan
Hipertermia adalah peningkatan suhu
tubuh di atas titik pengaturan shipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas
terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal
(lingkungan) atau internal (metabolik)
Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia
(kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang
tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat,
sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu,
hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
Setelah menyimak uraian diatas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
Setelah menyimak uraian diatas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
Upaya pencegahan hipotermi pada bayi
baru lahir dilakukan dengan benar bila bayi dikeringkan dan melakukan kontak
kulit langsung dengan ibu
Suhu lingkungan selama dan setelah
kelahiran sangat besar pengaruhnya pada bayi baru lahir. Semakin dingin ruangan
semakin besar terjadinya hipotermi.
B.
Saran
1.
Bagi mahasiswa
Mempelajari lebih lanjut tentang
teori yang berhubungan dengan asuhan bayi dengan hipotermi sehingga mampu memberikan
asuhan pada bayi dengan hipotermi secara komprehensif.
2.
Bagi Petugas
Petugas kesehatan memberikan asuhan
secara komprehensif secara cepat aman dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1994.
Pedoman penanganan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal.Departemen kesehatan
RI, Jakarta.
Saifudin, abdul
bari.2002.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.INPKKRPOGI dan YBS-SP,
Jakarta.
Wiknjosastro, gulardi
H,dkk.2007.Asuhan persalinan normal, JNPK-KR, jakarta
Prawirohardjo,
Sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Feryanto,
achmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Lidel ,Des,
dkk.2011. asuhan neonatus bayi dan balita. Jakarta: EGC
Muslihatun,wafi,
nur. 2011. Asuhan neonatus bayi dan balita. Jogjakarta: fitramaya
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/40280/Hipotermia-pada-bayi
http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kelainan-hipotermia-pada-neonatus-bayi-dan-balita.html
Komentar
Posting Komentar